Jumat, 14 Desember 2012
PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK
A. Tipe-Tipe Pola Asuh Orang Tua Kepada Anak :
1. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.
Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.
Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.
2. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.
Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang-tua yang telah membesarkannya.
Anaka yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid / selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain. Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan ortu otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.
3. Pola Asuh Otoritatif
Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan para orangtua kepada anak-anaknya.
Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatip akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain-lain.
Senin, 10 Desember 2012
PERANAN GURU DALAM KEGIATAN BERMAIN DI TAMAN KANAK-KANAK
A.
Bermain di taman
kanak-kanak
Bermain adalah
kegiatan yang sangat penting bagi anak-anak khususnya anak usia dini. Bermain
merupakan upaya bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran dan perasaan
serta cara anak menjelajah lingkungannya. Bermain juga membantu anak dalam
menjalin hubungan sosial antar anak. Bermain itu menyenangkan karena ketikan
bermain anak-anak bisa bebas mengekspresikan ide-idenya, imajinasinya dan
perasaannya yang terkadang tidak selaras dengan kenyataan yang sebenarnya.
Kegiatan bermain
ditaman kanak-kanak dapat di lakukan di dalam dan di luar ruangan.
Bermain di dalam
ruangan
Bermain di dalam
ruangan biasanya sedikit lebih tenang, ruang di dalam sebaiknya di rancang dan
di tata sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk berbagai macam
kegiatan apabila terjadi kegiatan tersebut berlangsung bersamaan diusahakan
tidak saling menganggu. Contoh kegiatan bermain didalam ruangan di antaranya:
1)
Kegiatan bermain balok
Balok-balok kayu atau
plastik merupakan alat permainan yang sangat sesuai sebagai alat untuk membuat
berbagai konstruksi. Berrmain dengan balok sangat berharga. Melalui bermain
dengan balok anak-anak mendapat kesempatan untuk melatih kerjasama mata, tangan
dan koordinasi fisik. Peran guru dalam kegiatan ini adalah memperkenalkan
balok-balok dengan meletakkan atau menyimpannya sedemikian rupa. Anak-anak
harus membiasakan diri menyimpan kembali balok-balok setelah selesai
menggunakannya. Anak juga harus berbagi dengan anak lain saat mereka bermain
dengan balok.
2)
Kegiatan bermain
dramatik
Dalam bermain dramatik
anak berpura-pura menjadi orang lain atau menggunakan benda tetapi tidak
sebagai fungsi sebenarnya. Bermain dramatik banyak menggunakan fantasi apabila
berhubungan dengan orang yang disekitarnya dan berhubungan dengan apa yang
pernah dilihatnya dari masyarakat sekelilingnya yang biasanya dengan bermain
sosiodrama. Sebaiknya setiap TK mempunyai pusat bermain dramatik.
3)
Bermain dengan
menggunakan meja
Kegiatan bermain ini
disebut kegiatan meja(table activities). Materi yang dimainkan dalam kegiatan ini
untuk mengembangkan motorik halus dan koordinasi mata, dan tangan. Materi pada
kegiatan meja antara lain puzzle, tangga silinder dan kubus, menara gelang,
lasy, games(halma, ular tangga, domino, monopoli dan lain-lain) dan materi yang
bersifat akademik seperti melipat, mewarnai, menggunakan pensil, dan kertas.
Bermain di laur
ruangan
Bermain di luar
ruangan lebih banyak menimbulkan suara dan membutuhkan kekuatan dan lebih
bersemangat dalam arti fisik. Bermain di luar membutuhkan lebih banyak ruang
dimana anak dapat berlari, melompat, bersepeda dan kegaitann lainnya. Guru
menyadari bahwa kegaiatan di luar ruang tidak hanya untuk mengembangakan
motorik kasar saja. Alat-alat bermain diluar ruangan sebaiknya ditata
sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan anak. Penting untuk diperhatikan
bahwa kegiatan bermain diluar bukan semata-mata agar dapat melampiaskan
energinya.
MACAM- MACAM PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK USIA DINI
A. Pengertian Permainan
Menurut
Freud dan Erikson permainan merupakan suatu bentuk penyesuaian diri manusia
yang sangat berguna, menolong anak menguasai kecemasan dan konflik.
Banyak
permainan yang dapat di lakukan oleh sejak anak usia dini. Sejak usia 3 sampai
5 tahun permainan merupakan interaksi yang sangat penting bagi anak-anak.
Permainan meningkatkan perkembangan kognitif, meningkatkan daya jelajah, dan
memberikan pengetahuan dasar tentang kehidupan. Selama interaksi dalam
permainan anak-anak mempraktekkan peran-peran yang akanmereka lakukan pada masa
yang akan datang. Anak-anak yang bermain akan mampu melepaskan tekanan sehingga
mampu mengatasi masalah dalam kehidupannya. Permainan memungkinkan anak
melepaskan energi fisik yang berlebihan dan membebaskan perasaan-perasaan yang
terpendam.
Permainan yang ada di bawah ini dapat di mainkan oleh anak
yang berumur 7 sampai 8 tahun. Permainan-permainan
tradisional yang dapat mengembangkan aspek-aspek yang terdapat pada diri anak
usia dini yaitu sebagai berikut:
1)
Permainan
congklak
Bermain
congklak juga dapat melatih anak-anak pandai dalam berhitung. Selain itu, anak
yang bermain congklak harus pandai membuat strategi agar bisa memenangkan
permainan. Permainan yang disebut dakon dalam bahasa jawa ini, biasanya di
mainkan oleh dua anak perempuan. Permainan congklak menggunakan papan uang yang
disebut papan congklak. Ukuran papan terdiri atas 16 lubang untuk menyimpan
biji congklak. Keenambelas lubang tersebut saling berhadapan dan 2 lubang besar
dikedua sisinya. Kemudian anak-anak pun membutuhkan 98 biji congklak. Biji
congklak yang biasanya di gunakan adalah cangkang kerang, biji-bijian,
batu-batuan, kelereng atau plastik.
Dua
lubang besar tersebut merupakan milik masing-masing pemain untuk menyimpan
milik masing-masing pemain untuk menyimpan biji congklak yang di kumpulkannya.
Dua lubang tersebut biasanya kosong sedangkan 14 lubang yang lain diisi 7 biji
congklak.
Cara dalam permainan congklak
sebagai berikut:
v Saat
akan memulai permainan, setiap lubang di isi dengan 7 biji yang biasanya
terbuat dari kerang atau plastik tetapi bairkan lubang induk tetap di kosongkan
v Tentukan
siapa yang akan memulai permainan terlebih dahulu maka pemain dimulai dengan
memilih salah satu lubang.
v Kemudian
sebarkan biji yang ada di lubang tersebut ketiap lubang lainnya searah dengan
jarum jam. Masing-masing lubang di isi dengan 1 biji, jika biji yang terakhir
jatuh di lubang yang ada bijiannya maka biji yang ada di lubang tersebut di
ambil lagi, kemudian teruskan permainan dengan mengisi kembali lubang
selanjutnya dengan biji yang diambil tadi. Jangan lupa untuk mengisiskan biji
kelubang induk kita setiap melewatinya sedangkan lubang induk kawan tidak perlu
di isi.
v Bila
biji terakhir ternyata masuk kedalam lubang induk kita, berarti kita bisa
memilih lubang lainnya untuk memulai lagi,tetapi jika saat biji terakhir pada
salah satu lubang yang kosong berarti giliran untuk lawan kita sementara
permainan kita usai dan menunggu giliran selanjutnya.
v Lubang
tempat biji terakhir itu ada di salah satu dari 7 lubang yang ada dibaris kita,
maka biji yang ada di seberang lubang tersebut beserta satu biji terakhir yang
ada di lubang kosongakan mejadi milik kita dan akan di masukkan ke dalam lubang
induk kita.
v Setelah
semua baris kosong maka permaina di mulai lagi dengan mengisis 7 lubang milik
kita masing-masing 7 biji dari biji yang ada di lubang induk kita. Di mulai
dari lubang yang terdekat dengan lubang induk. Bila tidak mencukupi maka lubang
yang lainnya dibiarkan kosong dan selama permainan tidak boleh di isi dan kalau
ada yang secara tidak sengaja mengisi lubang tersebut biji boleh di ambil siapa
yang cepat mendapatkan biji tersebut akan menjadi miliknya secara otomatis
Dari permainan congklak di atas dapat mengembangkan berbagai
aspek yang akan di kembangkan pada anak di antaranya yaitu sebagai berikut:
a)
Melatih kemampuan
motorik halus
Saat
memegang dan memainkan biji congklak yang paling berperanan adalah motorik halus
anak yaitu jari jemari. Bagi individu yang kemampuan kotorik halusnya tidak
terlalu baik, maka ia tidak dapat menjalankan permainan tersebut dengan cepat
dan mungkin saja biji-biji congklak tersebut akan tersebar dan terlepas dari
genggamannya.
Kemampuan
motorik halus ini sangat bermanfaat bagi anak untuk memegang dan menggenggam
alat tulis. Dengan kemampuan motorik halus yang baik maka anak dapat menulis
bahkan mengetik dengan baik dan cepat.
b)
Melatih kesabaran dan
dan ketelitian (emosional)
Permainan
ini sangat memerlukan kesabran dan ketelitian. Terutama saat pemian harus
membagikan biji congklak ke dalam lubang-lubang yang ada di depannya. Jika si
pemain tidak sabar dan tidak teliti maka pemain tidak akan berjalan dengan baik
dan pemian yang tidak bermain harus sabar menunggu giliran pemain yang sedang
bermain terjatuh
c)
Melatih jiwa
sportifitas
Dalam
permainan ini di perlukan kemampuan untuk menerima kekalahan karena permainan
ini di lakukan hanya 2 orang saja maka akan terlihat jelas menang atau kalahnya.
Kekalahan akan sangat terasa manakala si pemenang akan meninggalkan satu butir
biji congklak saja.
d)
Melatih kemampuan
menganalisa (kognitif)
Untuk
bisa menjadi pemenang maka kemampuan untuk menganalisa sangat diperlukan
terutama saat lawan mendapatkan giliran untuk bermain. Bagi yang mampu
menganalisa dengan baik, ia dapat memenagkan permainan tersebut dengan hanya
meninggalkan satu biji congklak saja
e)
Menjalin kontak
sosialisasi
Faktor
ini merupakan hal terpenting dalam permainan ini karena di lakukan secara
bersama-sama maka akan terjalinsuatu kontak sosial antara pemainnya. Berbagai
macam informasi dapat di sampaikan saat permainan ini di lakukan tak jarang
senda gurau dan tawa terdengar saat permainan ini berlangsung.
2)
Lompat
Tali Atau Sapintrong
Lompat
tali atau main karet pernah populer di kalangan anak-anak tahun 70-an hingga
80-an. Permainan lompat tali ini menjadi permainan favorite saat main di
sekolah atau dirumah. Biasanya tali yang digunakan untuk permainan lompat tali
ini di buat dari ronceaan tali dari karet gelang. Ini mengasah kekereatifan
seorang anak dalam menjalin karet yang akan dipergunakan pada permainan
tersebut.
Cara
melakukan permainan lompat tali secara sendirian yaitu sebagai berikut:
v Sesuaikan
karet tali dengan tinggi badan pemain. Caranya berdiri sambil menginjak bagian
tengah tali dan tarik ujung-ujung disamping badan. Panjang tali sudah pas jika
ujung tali yang di pegang sampai di ketiak.
v Karet
tali di pegang erat dengan posisi lengan atas rapat dengan tubuh dan siku
sejajar dipinggang. Kemudian berdiri dengan posisi agak jinjit dan lutut
sedikit di tekuk. Usahakan kepala tetap tegak tapi tetap rileks serta pandangan
lurus ke depan.
v Pergelangan
tangan digerakkan untuk memutar tali
v Lompatan
tidak terlalu tinggi saat tali menyentuh lantai, tinggi lompatan miximal 2,5cm
dari lantai. Pertahankan posisi agak jinjit saat mendarat dan tumit jangan
menyentuh lantai.
v Saat
melompat harus hati-hati karena bisa jadi lompatan gagal
v Sebaiknya
jika baru memulai permainan ini lakukan secara bertahap baru jika baru pandai
biasa melakukan kombinasi gerakan.
Adapun
aspek yang dapat dikembangkan dalam permainan ini yaitu sebagai berikut:
-
Motorik kasar
Dengan
bermain lompat tali motorik kasar akan terstimulasi. Secara fisik hal itu akan
membuat anak menjadi lebih terampil karena mempelajari cara dan teknik melompat
yang dalam permainan ini memerlukan keterampilan tersendiri. Lama-kelamaan
tumbuh menjadi anak yang cekatan, tangkas dan dinamis. Otot-ototnya pun padat
dan berisi, kuat, tangkas serta terlatih. Lompat tali bisa mengurangi obesitas
pada anak.
-
Emosi
Lompat
tali juga bisa melatih emosi anak. Untuk melakuka suatu lompatan dengan tinggi
tertentu dibutuhkan keberanian dari diri anak. Berarti secara emosi ia di
tuntut untuk membuat suatu keputusan besar.
-
Ketelitian dan akurasi
Seorang
anak dengan lompat tali ini juga bisa belajar melihat suatu ketepatan dan
ketelitian. Ketika tali di ayunkan ia harus dapat melompat sedemikian lupa sehingga
tak dapat terjerat tali dengan berusaha mengikuti ritme ayunan.
-
Sosialisasi
Untuk
bermain tali secara berkelompok anak membutuhkan teman dengan berarti memberi
kesempatan untuk bersosialisasi. Ia juga dapat belajar berempat, bergiliran,
menaati peraturan dan lain-lain.
-
Intelektual
Saat
melakukan lompatan terkadang anak perlu berhitung secara matematis agar
lompatannya sesuai dengan jumlah yang telah di tentukan dalam aturan permainan.
Hal-hal
yang harus diperhatikan saat memainkan permainan ini yaitu:
·
Ruangan, permainan
lompat tali di lakukan ditempat terbuka seperti lapangan atau halaman rumah.
Permainan masih bisa di lakukan ditempat tertutup asalkan ruangan harus cukup
lega dan lapang serta aman dari benda yang dapat membahayakan
·
Ukuran tali, tali yang
di pergunaka harus sesuai dengan ukuran tidak terlalu panjang atau tidak
terlalu pendek
·
Variasi permainan,
semakin banyak variasi maka anak akan semakin mahir dan terampil dalam
melakukan gerakan-gerakan.
·
Waktu sebaiknya di
mainkan pada`waktu senggangatau jam istirahat sekolah karena anak akan biasanya
keasyikan main sehingga lupa melakuka kativitas sebenarnya
sejarah lahirnya pendidikan anak usia dini
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
A.
Sejarah
Lahirnya PAUD
1)
Abad 18 dan sebelumnya
Istilah
"Kindegarden” atau taman kanak-kanak baru dipakai Froebel tahun 1837
pemikiran untuk mendirikan sekolah khusus bagi anak-anak telah ada jauh sebelum
itu. Bebrapa tokoh penting seperti Martin Luther, Comenius, Pestalozzi, Darwin
dan Saguin memberi sumbangan yang tak ternilai untuk menyarankan agar anak
laki-laki sebaiknya di beri pendidikan formal. Hal ini didasarkan atas
penyataan bahwa anak laki-laki pada saat itu merupakan tulang punggung keluarga
yang harus mampu menghidupi keluarganya, mendidik, membimbing dan mengarahkan
anak-anaknya. Untuk itu anak laki-laki
sebaiknya bisa membaca, menulis, dan berhitung. Ia juga menyarankan agar musik dan
olahraga di masukkan dalam kurikulum (Frost dan Kissinger 1976).
Tokoh
lain adalah John Comenius (1592-1670) ia menginginkan agar semua anak mendapat
kesempatan belajar di sekolah. Idenya yang cemerlang dan masih dipakai sampai
sekarang adalah kurikulum yang terintegrasi (integrated curriculum) dan kurikulum yang memberi kesempatan anak
untuk belajar pengalaman langsung. Kurikulum yang terintegrasi tidak memisahkan
bidang studi seperti matematika, sains, ilmu sosial, seni dan bahasa.
Charles
Darwin (1959) menulis buku tentang The Origin of species dimana ia menyatakan
bahwa setiap individu yang adaftif akan survive atau tetap hidup dan
melanjutkan keturunannya. Oleh karena itu agar anak bisa tetap hidup maka ia
harus berlatih beradaptasi dengan lingkungannya. Disamping itu, para pendidik
perlu menyadari adanya perbedaan antar individu yang berdampak pada perbedaan
cara belajarnya.
Jean
jacques Rousseau (1712-1778) ia menuangkan pikirannya tentang paud dalam
novelnya Emile. Ia menuangkan pendapat abhwa anak adalah miniatur oarang dewasa
dan menyarankan agar anak di didik sebagaimana kodratnya. Ia berpendapat bahwa
pendidikan sebaiknya di sesuaikan dengan usia anak. Menurutnya anak usia lahir
sampai lima tahun belajar terbanyak melalui aktivitas fisiknya. Sementara anak
usia lima tahun sampai dua belas tahun belajar melalui pengalaman langsung dan
melalui eksplorasi terhadap lingkungannya.
Langganan:
Postingan (Atom)